Rumah pertama bagi seorang client selalu menjadi proyek yang mengasyikkan sekaligus menantang. Arsitek perlu hadir sebagai penengah diantara euforia keinginan klien. Kenapa tim? karena ada ayah, ibu, dan anak; kadang orang tuanya, kakak, dan adik turut urun rembuk.

Di rumah pertama, pribadi pemilik rumah akan selalu diminta tercermin lugas di tampilan bangunan. Arsitek hadir sebagai penengah, memberikan input atau saran soal seberapa seimbang, seberapa nyaman, seberapa sulit dibangun, dll.

Kedua pemilik rumah berprofesi sebagai dokter yang sepanjang waktu bertemu dengan banyak orang, tentunya orang-orang yang seeking for health (sedang sakit); mereka kemudian membutuhkan rumah yang bisa membawa ketenangan.

Berlokasi di tengah kampung yang cukup padat, ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan demi menyiasati ketenangan, keamanan dan kenyamanan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tsb, bangunan kemudian kami desain menjadi 2 lantai.

Lantai 1 menjadi area buffer; ruang publik terakhir yang diberikan pemilik rumah. Didesain dengan dinding yang solid untuk menjawab keamanan dan kenyamanan akibat ketiadaan pagar. Lantai 2 menjadi ruang privat dimana pemilik rumah bisa menikmati secuil vakansi di tengah kesibukannya.

Taman, kolam ikan, material yang tactile, lampu, dan ruang dapur privat; terangkai menjadi satu di dalam rumah ini. RF House kemudian menjadi kumpulan akan “favorite things” dari pemilik rumah.