Seruit Besar | Kantor Bersama Tubaba

Architect
  • Russelin Edhyati
  • Niniek Febriany
  • Reza Primardiantono
  • Stephanus Theodorus Suhendra
  • Heppy Eka Ramadhani
  • Gilang Rizky
  • Annisa Nastiti
  • Elly Mariana
  • Anifa Farah
Location

Tulang Bawang Barat, Lampung

Area
  • 50.000 sqm
Status

Competition

Year

2019

Krisis Pangan Indonesia

Bulan Maret lalu, harga beras jenis Situ Bagendit naik dari Rp 9.000,00/kg menjadi Rp 10.000,00/kg disebabkan gagal panen di sejumlah wilayah, akibat musim kemarau berkepanjangan hingga bulan Februari lalu. Keterlambatan musim tanam akibat iklim cuaca yang tidak mendukung, meningkatnya gangguan hama membuat produksi gabah diperkirakan turun hingga 50%. Di lapangan, produksi petani menurun dari 5 sampai 6 ton/hektar menjadi 3 sampai 3,5 ton/hektar.

Dengan naiknya biaya ekspor oleh negara seperti Thailand dan Vietnam, membuat Indonesia yang tidak lagi swasembada pangan, semakin dekat dengan krisis pangan.

Pandemi bukanlah satu-satunya hal yang menyebabkan krisis pangan di Indonesia. Berdasarkan pemotretan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika, Badan Informasi Geospasial, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa, luas lahan baku sawah Indonesia turun dari 7,75 juta hektar pada tahun 2013, menjadi 7,1 juta hektar pada tahun 2018. Lahan pertanian yang terus berkurang akibat fragmentasi lahan, alih fungsi lahan pertanian, pembangunan infrastruktur, merambahnya perkotaan ke pelosok Indonesia, diperparah dengan tidak adanya penindakan hukum sesuai Undang-undang no 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan kebijakan-kebijakan lain yang mendukung kesejahteraan petani.

Konsentrasi lahan pertanian yang hanya berfokus di Pulau Jawa juga turut perlu menjadi perhatian. 13% dari total luas lahan di Indonesia digunakan untuk pertanian, 5%nya berada di Pulau Jawa.

Kontribusi Kabupaten Tulang Bawang dalam Pertanian Nasional

Tahun 2019, Indonesia memiliki luas lahan sawah sebesar 7.463.952 hektar, Lampung sendiri memiliki luas lahan sawah sebesar 361.699 Ha (berkurang 15.764 Ha dari tahun 2015) atau sejumlah 4,84% dari total luas lahan sawah di Indonesia.

Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki potensi lahan pertanian seluas 6.997 hektar, yaitu hanya 5,8% dari luas Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan 0,09% dari luas lahan baku sawah Indonesia tahun 2019.

Produksi padi Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2019 hanya mencapai 30.670 ton, menyumbangkan 2,96% dari total produksi padi Provinsi Lampung, atau 0,14% produksi padi nasional.

Kontribusi produksi padi provinsi Lampung sendiri lebih kecil bila dibandingkan beberapa provinsi luar Jawa lainnya seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara, meskipun termasuk 7 besar produksi padi terbanyak nasional, sedangkan spesifik untuk Tulang Bawang Barat sendiri, tidak memberikan kontribusi tanaman pangan yang signifikan, bahkan pada tahun 2019 Kabupaten ini mengalami penurunan produksi padi sebesar 12.722 ton, atau sebesar 29,3% dari produksi tahun 2018, disebabkan lahan irigasi dan tadah hujannya yang terdampak kemarau panjang (luas lahan panen 2018 sebesar 11.500 Ha menjadi hanya 6.071 Ha di tahun 2019).

Penurunan produksi pada tahun 2019 dari tahun sebelumnya ini tidak hanya terjadi pada padi saja, tapi juga terjadi pada jagung (turun 36,8%), kedelai (turun 67,9%), dan ubi kayu (turun 0,86%).

Kantor Tulang Bawang Barat Sebagai Balai Hidup

“Food has always brought people together and it can again if we build back better as it relates to our food systems”
-Agnes Kalibata, (Sekjen UN) dalam 2021 Food Systems Summit

Pernyataan Agnes Kalibata tersebut sudah lama dimanifestasikan oleh masyarakat Lampung melalui tradisi Nyeruit.

Masyarakat adat Lampung Pepadun misalnya yang tinggal di Kabupaten Tulang Bawang (Barat) memelihara tradisi ini dan bahkan menjadikan makanan ini sebagai salah satu makanan utama. Nyeruit Besar bermaksud menciptakan kesinambungan antara arsitektur kantor, kelestarian lahan, dan sistem pangan berdasarkan pengalaman budaya yang ada dan mengakar.

Melestarikan Lahan

1

Degradasi tanah dunia dan krisis pangan yang kian mengglobal membawa kami untuk menerapkan permakultur, yaitu penciptaan sistem holistik arsitektur, budaya bertani, dan sistem kehidupan yang terintegrasi dan lestari.

Melalui permakultur dalam arsitektur kantor pemerintah Tulang Bawang Barat ini kami berniat menumbuhkan tanah, menciptakan arsitektur yang harmonis dengan alam, meningkatkan kinerja kegiatan berkantor, di saat yang bersamaan menjawab pemenuhan kebutuhan (pangan) bersama.

10

11

12

Lokasi

Secara konteks, Lampung dan Tulang Bawang Barat, belum menjawab isu ketahanan pangan dengan baik. Kontribusi yang kecil ini bahkan diperparah dengan rencana pembangunan kawasan industri di saat lahan pertanian berkurang secara terus menerus.
Lokasi lahan yang dikelilingi lingkungan pertanian perlu dikembangkan selaras konsep sekelilingnya. Seperti manusia adalah bagian dari semesta, maka demikian juga lahan kantor pemerintah ini juga bagian dari lahan pertanian sekitarnya

13

Arsitektur, Kebersamaan, dan Pertanian

Bentuk yang melingkar, spiral, terinspirasi dari potongan berbagai jenis bahan pangan untuk membuat sambal seruit, baik itu tomat, cabai, jeruk nipis, dan bawang yang memiliki penampang melingkar, spiral, dan memiliki buku-serat ke tengah. Tata ruangnya menciptakan lapisan-lapisan program lahan yang terbagi-bagi atas:
– Area kantor
– Area pertanian bersama
– Area fasilitas umum

15

14

Fokus tengah berupa danau dan pusat ibadah (masjid) sebagai area tadah hujan-pusat penyimpanan air, mengingat kegagalan irigasi tahun 2019 di Lampung yang mengakibatkan berkurangnya produksi padi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang mencapai 30%.

Bentuk melingkar juga kami percaya sebagai bentuk yang egaliter dan bermaksud memaksimalkan interaksi & transparansi antara Dinas-dinas dalam pemerintahan dan kontrol dalam pengelolaan lahan pertanian.

8

9